Minggu, 23 Maret 2014


Pengertian penggabungan usaha dan
Kontribusi relatif perusahaan yang bergabung
Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.

Manfaat Penggabungan Usaha :
Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis
Alasan-alasan Penggabungan Usaha :
1. Manfaat Biaya (Cost Adventage)
2. Resiko Lebih Rendah (Lower Risk)
3. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of takeovers)
4. Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays)
5. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets)

Bentuk penggabungan usaha ditinjau dari penggabungannya ada 3 yaitu :
1.      Penggabungan Horizontal
penggabungan perusahaan sejenis agar menghindari persaingan perusahaan sejenis dan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan tersebut.
2.      Penggabungan Vertikal 
penggabungan perusahaan sebelumnya dengan tujuan agar persaingan bisnis berkurang dan saling menguntungkan.
3.      Penggabungan Konglomerat
kombinasi dari penggabungan horizontal dan vertikal dan penggabungan ini merupakan penggabungan perusahaan yg memiliki usaha yg berlainan.

Bentuk penggabungan usaha dari segi hukumnya :
1.      Marger
penggabungan usaha dengan cara membeli perusahaan lain yg kemudian perusahaan yang dibeli tersebut dijadikan perusahaan anak.
2.      Konsolidasi
penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain untuk membentuk perusahaan baru
3.      Afiliasi
penggabungan usaha dengan cara membeli saham atau sebagian saham dari perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian.

MASALAH AKUNTANSI DALAM PENGGABUNGAN BADAN USAHA
Aktiva bersih dan kewajiban kontijen yang diperoleh diasumsikan diukur dari sudut pandang pihak entitas yang membeli. Dari segi akuntansi penggabungan badan usaha atas dasar pembelian terjadi apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan.
            Harga Perolehan adalah merupakan jumlah dari nilai wajar aktiva atau kewajiban yang diperoleh pada tanggal transaksi ditambah modal saham yang diterbitkan oleh pihak pembeli ditambah pengeluaran-pengeluaran langsung sehubungan transaksi penggabungan usaha. Modal saham yang diterbitkan sebagai alat pembayaran harus dinilai berdasarkan harga pasar.
Kriteria yang digunakan untuk pengungkapan aktiva bersih:
·         aktiva selain dari intangible assets harus dinyatakan jika manfaat ekonomi dimasa akan datang mungkin diperoleh oleh pembeli dan nilai yang digunakan adalah nilai wajar
·         Kewajiban selain dari kewajiban kontijen harus dinyatakan jika ada aliran aktiva yang keluar dimasa yang akan datang oleh pihak pembeli dan nilai yang digunakan adalah nilai wajar
·         kewajiban kontijen atau intangible assets harus diungkapkan pada nilai wajar. 



Dampak Terbesar Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah memang sedang bergejolak. Bahkan, menurut Pemerintah inflasi inti atau yang biasa disebut dengan core inflasion bisa jadi akan lebih tinggi di tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal ini didukung oleh Bambang Brodjonegoro selaku Wakil Menteri Keuangan. Dirinya mengungkapkan bahwa salah satu penyebab inflasi inti adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang terus melemah beberapa waktu terakhir ini. Jika disebutkan dalam angka maka bisa jadi inflasi tahun 2014 akan mencapai lebih dari 5%.

Jika hal ini terjadi maka potensi realisasi inflasi akan melebar dari target yang ditetapkan pemerintah. Saa ini Pemerintah sudah menetapkan target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2014. Bambang memastikan bahwa kendala core inflation ini bukan hanya masalah suplai pangan tapi juga suplai secara keseluruhan.

Sebagai informasi, Pemerintah membuat target inflasi pada level 5.5% plus minus 1% dalam APBN 2014. Perhitungan ini juga sudah memasukkan inflasi inti di dalamnya. Bambang juga berharap bahwa Bank Indonesia atau BI mampu melakukan langkah-langkah pengendalian inflasi inti tersebut. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan inflasi tidak semakin melebar.



Sayangnya, saat ini pemerintah masih sebatas mengendalikan inflasi selain inflasi inti seperti volatilitas harga pangan. Pernyataan dari Wakil Menteri Keuangan Indonesia tersebut ditambahkan oleh Chatib Basri selaku Mentri Keuangan. Menurutnya, salah satu cara untuk mengendalikan inflasi inti adalah melanjutkan kebijakan moneter ketat atau monetary tightening.

Intinya, jika kebijakan moneter ini bisa diatur dengan baik dan maksimal maka inflasi inti dapat ditekan dan tidak perlu khawatir adanya pelonjakan. Di sisi lain, Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo mengaku sudah memberikan perhatian khusus terhadap masalah inflasi intitersebut. Agus menuturkan bahwa ancaman inflasi memang cukup tinggi di kuartal pertama ini.

Sudah dapat dipastikan penyebabnya adalah karena nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan di tahun 2013. Dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah di tahun 2013 tersebut memang belum terasa sepenuhnya.

Sebaliknya, dampak tersebut justru terasa di tahun 2014 ini. Bank Indonesia mulai mengadakan persiapan untuk risiko inflasi khususnya dari melemahnya nilai tukar rupiah di tahun 2013 yang lalu. Selain pendapat dari pihak-pihak terkait di atas, pendapat juga meluncur dari David Sumual selaku Ekonom Bank Central Asia.


Hal ini disebabkan oleh cuaca buruk yang berakibat terhambatnya distribusi dan panen. Semoga kondisi tersebut bisa teratasi dengan baik dan kondisi kembali pada keadaan normal.

sumber :
http://www.teropongbisnis.com/teropong-keuangan/dampak-terbesar-melemahnya-nilai-tukar-rupiah/

review jurnal


Review Jurnal (Akuntansi Internasional)
1.      Identitas Artikel
a.       Judul         :   Analisa Laporan Keuangan Guna Mengukur Kinerja Keuangan
PT. Astra Internasional Tbk.
b.      Penulis       :   Ratih Puspitasari
c.       Jurnal         :
d.      Volume     :   14
e.       Tahun        :   2012
f.       Nomor        1
g.       Halaman    :   9-20

2.      Pendahuluan  
a.       Motivasi :
Dalam kondisi krisis perekonomian global, suatu perusahaan akan dihadapkan pada apakah perusahaan tetap dapat mempertahankan kinerja yang telah dibangun selama ini atau akan ikut terpuruk seperti yang sedang terjadi pada perusahaan di negara-negara lainnya. Jika perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien sehingga kinerja perusahaan dapat dipertahankan dan tetap dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan, maka dapat dikatakan perencanaan yang dibuat oleh manajemen perusahaan telah berhasil. Untuk menilai keberhasilan kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui analisa laporan keuangan, analisis khusus, basis data, dan sumber informasi lainnya yang menjadi pertimbangan yang masuk akal tentang kondisi masa lalu, sekarang dan prospek dari usaha serta efektivitas pimpinannya.

b.      Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah :
1)      mengetahui penerapan Analisa Laporan Keuangan pada PT. Astra International Tbk.
2)      menilai Analisa Laporan Keuangan sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja keuangan pada PT. Astra International Tbk.

3.      Tinjauan Pustaka & Hipotesis  
a.       Tinjauan Pustaka
-          Anthony, Robert N dan Govindarajan, Vijay, 2005, Management Controll System 111hedition, PT. Salemba Emban Patria. Penerjemah FX Kurniawan Tjakrawala.
-          Bambang Riyanto, 2000, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Yogyakarta: BPFE UGM.
-          Ikatan Akuntan Indonesia, per 1 Oktober 2007, Standar Akuntansi Keuangan, IAI – Jakarta
-          John J. Wild, K.R Subramanyam, Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis Edisi 8, Buku 2 Salemba Empat.
-          Sofyan Syafri Harahap,2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

b.      Hipotesis :
PT. Astra International Tbk. melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan setiap triwulan dan tahunan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 terlihat cukup baik.

4.      Metode Penelitian
a.       Pengukuran variabel  :
Variabel yang digunakan Laporan Keuangan Konsolidasi terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi pada PT. Astra International Tbk untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006, 2007, dan 2008. Sedangkan perusahaan pesaing per bidang usaha yang digunakan adlah laporan keuangan PT. Indomobil sebagai pesaing PT. Astra International Tbk bidang usaha otomatif serta PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) sebagai pesaing PT. Astra International Tbk bidang usaha agribisnis.

b.      Metode analisis  :
Penelitian dilakukan pada PT. Astra International Tbk, di kantor pusat yang berlokasi di Astra International Building Jl.Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta, selama kurang lebih 2 bulan. Adapun metode yang digunakan terdiri dari :
1)      Perencanaan dengan mengidentifikasi kebutuhan data yang digunakan dalam analisa laporan keuangan.
2)      Perencanaan waktu yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Alat yang digunakan penulis dalam penilaian kinerja keuangan adalah melalui analisa laporan keuangan secara komparatif (trend) dan rasio keuangan.

c.       Objek :
PT. Astra International Tbk, di kantor pusat yang berlokasi di Astra International Building Jl.Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta.

5.      Hasil analisis :
Berdasarkan analisa data komparatif dan rasio-rasio keuangan dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2007 perusahaan dapat meningkatkan kinerja terutama pada laba usaha dan laba bersih sehingga menghasilkan margin laba bersih (nett profit margin) sebesar 9.29% dibandingkan dengan tahun 2006 hanya sebesar 6.69%. Sedangkan pada tahun 2008 perusahaan mampu meningkatkan kinerja terbukti dari margin laba bersih (nett profit margin) sebesar 9.47% tetapi untuk tahun 2008 ini kenaikannya tidak sebesar pada tahun 2007.

6.      Simpulan, Keterbatasan, Implikasi  : 
PT. Astra International Tbk. melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan setiap triwulan dan tahunan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 terlihat cukup baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa likuiditas perusahaan tahun 2007 dan 2008 cukup baik namun pada tahun 2006 terjadi beda penyajian laporan keuangan yang mengakibatkan analisa rasio likuiditas perusahaan terlihat tidak baik. Solvabilitas perusahaan terlihat cukup baik, dimana perusahaan dapat memenuhi seluruh total kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan mengalami likuiditas. Perusahaan disarnkan untuk mempertahankan kinerja yang ada sekarang ini bahkan harus bisa kinerja perusahaan lebih ditingkatkan lagi dan perusahaan harus melakukan Cost Efektif Program atau efisiensi biaya, dimana penghematan biaya ini akan meningkatkan laba usaha. Sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat. Perusahaan harus terus menerus melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai dan meutuskan langkah yang akan diambil dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan juga harus tetap mempertahankan Good Corporate Governance untuk menciptakan manajemen yang baik dan bersih.
Sumber :